Jumat, 29 Januari 2016

Pendakian Gunung Gede Pangrango via Jalur Cibodas

Pendakian ke gunung mulai ngetren nih akhir-akhir ini. Kali ini bebaslepas pengen nge-share pengalaman pertama mendaki gunung. Gunung yang satu ini udah terkenal dan hampir setiap pekan selalu rame pendaki. Namanya Gunung Gede. Dengan bermodal kegantengan, bebaslepas ternyata bisa juga mencapai puncak Gede.


Pertama-tama, bebaslepas bersama 4 orang teman lainnya berangkat dari Terminal Kampung Rambutan dan naik bus jurusan Bandung kemudian turun di Cibodas. Ongkosnya kalau gak salah 15rb dan lama perjalanan sekitar 2 jam. perjalanan kami lakukan Jumat malam, jadi pemandangannya gelap (baca: tidur :mrgreen: )

Gak terasa, tiba-tiba udah nyampe aja di pintu masuk kebun raya Cibodas. Ya iya gak terasa, kan tidur pulas. Oke, suhu udah mulai dingin. Untuk sampai ke gerbang Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) kita harus naek angkot dengan ongkos 5 ribu/orang. Sekitar 10 menit sampailah kita di tujuan.

Ceritanya ini kan malam, jadi tetep harus tidur dulu (ini kok tidur aja). Kami tidur di warung sekitar situ, kebetulan banyak warung disitu jadi bisa pilih mau numpang naruh barang atau tidur di warung yang mana. Sebelum tidur nyempatin dulu ngopi, dan kemudian tidur untuk mengisi stamina untuk mencapai puncak Gede.



Bebaslepas pun bisa gak bisa tidur nyenyak! Bukan karena ada dangdutan disebelah, tapi karena kedinginan cuy. Udah pake jaket, selimut, kaoskaki, masih nembus juga dinginnya. Mau gak mau ya tetep aja dipejamkan matanya.

Oke, sudah pagi. Sekitar jam 5 kami bangun, sarapan, dan langsung berangkat. Saat itu kami mulai perjalanan sekitar jam 6 pagi.


Kita start dari 0. Btw, bukan tulisan “homo” ya
Sampai di pos pertama bayar restribusi. Oke karena gak tahan pengen cepat sampe kita lanjutkan perjalanannya. Gak lama kami udah sampai di puncak Gede. Tamat. Eh maksudnya sampai di Rawa Gayonggong. Disini ada jembatan dari kayu yang lumayan panjang. Tuh dari sini keliatan jelas di depan ada Gunung Pangrango.


Rawa Gayonggong. Di depannya ada Pangrango
Lanjut lagi perjalanan. Kondisi jalan makin ekstrim. Naik, naik, naik, agak turun.. dst. Batu-batunya menghiasi jalan setapak kami. Kita juga bakalan ngelewati telaga biru dan pertigaan menuju air terjun Ciberem. Kalau telaga birunya lagi kering, nggak kayak foto-foto di internet :D jadi skip kami lewati. Air Terjun Ciberem juga kami lewati supaya cepat sampe puncak.

Kemudian sampai lah kami di sumber air panas. Air panasnya terjun gitu cuy. Sebelah kita ada air panas yang mengalir ke kanan terus terjun ke jurang. Berarti kita harus nyebrangi air panas ini. Disini harus super hati-hati. Kita ngelewati air panas di atas batu, sebelah kiri dinding tebing, sebelah kanan jurang. Greget. Kalau bawaan kita santai dan hati-hati pasti bisa lah, yang penting nginjak batunya jangan sampai terpeleset.



Naik naik naik terus ngikutin trek menuju puncak Gede dan sampailah kita di pusat bumi perkemahan Kandang Batu. Disini salah satu tempat ngecamp para pendaki. Karena gak niat ngecamp disitu, jadi kami lanjut lagi berjalan. Tap tap tap, lama-lama makin panas nih kaki. Bebaslepas udah ngos-ngosan juga nih, makin lambat gerakan langkah kakinya.



Terus kami sampai di Air Terjun Pancaweleuh. Wiiih ada air, kesempatan ngisi airnya ke botol buat persediaan minum :D Foto-foto bentar, lanjut lagi kita mendaki dan sampailah di bumi perkemahan Kandang Badak.





Disini kami istirahat lumayan lama, mungkin sekitar 30 menit. Makan jajan, minum, pokoknya mulihkan stamina lah. Mulai dari sini nih treknya mulai lebih ekstrim lagi. Treknya naik terus, kali ini batu-batuan mulai berkurang diganti sama akar-akar pohon. Buseet naik terus nih cuy, padahal kaki udah sakit-sakit.

Dengan kecepatan yang konstan secepat siput, lalu kami dihadapkan dengan tanjakan yang ngeri, nama tanjakannya tanjakan setan. Bukan karena lagi syuting Dunia lain, tapi tanjakannya itu lo yang ekstrim. Kalau kita hati-hati menapakkan kaki dan pegangan kuat, insyaallah aman. Terlebih lagi yang bawa bebas seperti carrier harus lebih hati-hati menanjaknya.



Setelah sampai di atas tanjakan, ternyata jalanan makin terlihat jelas. Ya… jelas makin mendaki. Kalau udah sampai diatas berarti udah sampai di Puncak Gede nih. Tapi masalahnya Puncak ternyata lumayan jauh, dan treknya semakin mendaki. Dengan kegantengan bebaslepas, ku langkahkan kaki ini dengan pelan :mrgreen:



Akhirnya udah gak dibawah pohon lagi nih, kita dihadapkan sama pinggiran kawah di Gunung Gede. Widih akhirnya sampe juga perjalanan bebaslepas menuju puncak Gede dan berada di ketinggian 2958 mdpl. Aseli keren nih kawah Gede. Kita juga bisa berjalan menyusuri pinggiran kawah. Tetangganya juga keliahatan, si gunung Pangrango.

Untuk wisata mendaki Puncak Gunung Gede bisa menjadi tujuan. Apalagi kalian yang berada di Jabodetabek pasti sering main-mainnya kesini. Wisata yang murah, seru, dapat hasil yang memuaskan dan kaki pegal. Oke sekian dulu, udah kepanjangan nih ceritanya. Selamat menikmati.

Minggu, 29 November 2015

15 Peralatan sebelum naik Gunung (Hiking)


 Barang-barang yang sebaiknya dibawa saat mendaki gunung yang saya rangkum dari prosedur tersebut antara lain:

1. Tas Gunung/Carrier/Keril Minimal ukuran 40 Liter
Mengapa bukan tas ransel saja? Bisa saja jika kamu hanya one day trip naik gunung, sampai di puncak sebentar, kemudian langsung turun ke bawah lagi dalam sehari. Yang menjadi masalah adalah ketika kita harus menginap/bertenda/camping di gunung, barang yang harus kita bawa pun menjadi banyak sehingga tak cukup hanya mengandalkan tas ransel saja. Bagaimana dengan koper? Hah, apalagi koper. Kalau jalan setapak di gunung terbuat dari porselen sih tidak masalah membawa koper hehehe. Jalan setapak di gunung lumayan terjal tjuy…
Semakin mahal harga tas gunung, biasanya semakin awet dan ringan. Saya dan teman saya pernah membandingkan antara tas carrier dengan ukuran yang sama namun harganya berbeda. Dalam keadaan kosong, tas yang harganya lebih murah, beratnya lebih menyiksa pundak ketika digendong. Tentu saja setelah diisi barang dengan jumlah yang sama akan mempunyai berat yang berbeda pula. Wajar sih, ada harga ada rupa. Silakan saja mau beli yang mahal atau yang murah, tak ada yang melarang. Oh ya, jangan lupa membawa cover bag tas untuk melindungi dari hujan. Biasanya sudah satu paket terdapat dalam tasnya.

2. Pakaian.
Jangan sampai salah memilih pakaian saat mendaki gunung. Jika salah, bisa-bisa mengalami hipotermia atau badan membeku parah karena kehilangan panas tubuh saat berada di gunung. Berdasarkan pengalaman saya, pakaian yang dibawa sebaiknya dibagi menjadi dua:
– Pakaian untuk beraktivitas dan mendaki. Pilih pakaian yang tidak ketat dan menyerap keringat.
– Pakaian untuk tidur. Pilih pakaian yang hangat dan bisa menahan panas.
Mengapa tidak sekaligus satu pakaian dipakai untuk kedua-duanya saja? Menurut saya jangan. Saat mendaki, tubuh kita mengeluarkan keringat yang luar biasa banyak. Hal ini disebabkan karena kelembaban di gunung yang sangat tinggi sehingga tubuh gampang sekali mengeluarkan keringat, walaupun hawa pegunungan sejuk/dingin. Keringat ini tanpa sadar akan tersimpan ke dalam pakaian tersebut. Siang hari mungkin tidak terasa di badan. Pada malam hari, keringat yang masih tersimpan dalam pakaian ini akan membuat pakaian menjadi dingin. Bukannya pakaian melindungi kita dari cuaca dingin, justru yang terjadi sebaliknya. Pakaian berkeringat tersebut membuat hawa dingin semakin dingin! Maka dari itu, siapkan pakaian hangat yang kering untuk dipakai saat tidur. Selain tentu saja pakaian khusus untuk tidur ini lebih memberi rasa nyaman dibanding menggunakan pakaian kotor dan basah akibat aktivitas mendaki tadi untuk tidur.
Daftar pakaian yang saya bawa saat mendaki adalah sebagai berikut (hasil saran para pendaki senior):
– Jaket 2 potong: Jaket untuk tidur dan jaket yang digunakan saat mendaki gunung. Jaket yang cocok digunakan saat berada di gunung adalah jaket dengan kriteria bisa menahan dingin, air, dan angin (cold proof, water proof, wind proof).
– Kaos minimal 2 potong: Satu potong untuk mendaki, satu potong untuk tidur. Sebaiknya kaos yang dipakai untuk tidur adalah kaos lengan panjang.
– Celana panjang 2 potong: Satu potong celana yang agak longgar agar mendaki menjadi lebih mudah, satu potong celana dari wool hangat untuk tidur. Banyak yang menyarankan untuk menghindari celana jeans. Saya setuju dengan ini. Pertama kali mendaki gunung, saya menggunakan jeans. Waktu itu, internet masih belum seperti sekarang sehingga saya terlalu nekat mendaki tanpa informasi yang cukup. Apa yang terjadi? Mendaki menjadi susah, kaki cedera, juga nyaris hipotermia sampai-sampai tak mau jauh dari api unggun. Malam hari pun menggigil tak bisa tidur karena kedinginan.
– Celana dalam minimal 2 potong: Untuk mendaki dan untuk tidur.
– Sarung tangan 2 pasang: Ingat ya, dua pasang bukan dua potong, yaitu sarung tangan untuk mendaki dan untuk tidur.
– Kaos kaki 2 pasang: Kaos kaki yang nyaman untuk mendaki dan kaos kaki yang hangat untuk tidur.
– Kupluk/Balaclava 2 pasang: Saat mendaki, kupluk/balaclava sangat berguna untuk menyerap keringat sehingga tak perlu repot-repot menyeka keringat di kepala. Kupluk satunya lagi digunakan untuk melindungi kepala dari hawa dingin, khususnya bagian telinga yang mudah sekali kedinginan.
– Sepatu gunung dan sandal gunung. Di beberapa tempat pendakian, kita diwajibkan mengenakan sepatu dan dilarang mengenakan sandal. Jadi, pastikan membawa sepatu sebelum mendaki gunung. Sandal gunung perlu dibawa untuk kepraktisan saat berada di area perkemahan.
– Celana pendek (Opsional)
– Sarung (opsional)
– Buff/masker/scarf/slayer (opsional, menjadi wajib ketika gunung yang didaki mempunyai suhu sangat dingin)
– Geiter (opsional, menjadi wajib ketika gunung yang didaki mempunyai suhu yang amat sangat dingin)
– Handuk. Opsional karena bisa diganti dengan tisu basah/kering.

3. Sleeping bag dan matras.
Matras dan sleeping bag sangat berguna untuk tidur. Beberapa pendaki senior menyarankan untuk melapisi matras dengan alumunium foil supaya lebih memberi rasa hangat saat tidur. Mungkin karena panas tubuh yang kita keluarkan terpantul kembali ke tubuh kita oleh alumunium foil? Bisa jadi.

4. Jas Hujan.
Jas hujan ini berguna untuk naik motor. Gak ding, bercanda. Jas hujan ini tentu saja berguna di kala hujan tiba. Letakkan jas hujan tersebut di tempat yang mudah dijangkau, sehingga ketika hujan tiba, langsung dapat dipakai seketika itu juga.

5. Alat makan
Alat makan wajib kita bawa jika kita ingin memasak di gunung. Alat makan tersebut antara lain piring, gelas, sendok, pisau kecil, kompor gas kecil, nesting, dan lain sebagainya. Namun, jika sekiranya kita tidak perlu memasak makanan di gunung, barang-barang ini juga tidak perlu dibawa karena lumayan memperberat barang bawaan. Jika hanya membawa makanan siap santap seperti ini, tentu saja akan mubazir jika membawa peralatan makan seperti yang telah disebutkan tadi.

6. Obat-obatan
Obat-obatan harus dibawa saat mendaki gunung. Ini merupakan bagian dari prosedur darurat (emergency) saat mendaki gunung. Obat-obatan tersebut antara lain obat luka luar (plester, alkohol, obat merah), obat flu, obat penghilang nyeri, obat anti alergi, multivitamin, minyak kayu putih, obat sakit perut, obat-obatan khusus untuk penyakit tertentu, dan lain sebagainya. Obat-obatan favorit para pendaki adalah tolak angin/antangin cair, minyak kayu putih, dan salonpas/counterpain hehehe. Beberapa pendaki menyarankan membawa obat mencret seperti Entrostop untuk menahan berak saat di gunung. Berak di gunung itu lumayan rempong tjuy. Misi kita adalah bagaimana caranya obat-obatan ini tidak terpakai sama sekali, yang berarti sudah saatnya kita bersyukur karena diberi kesehatan dan keselamatan selama mendaki gunung.

7. Korek api
Korek api sangat berguna untuk memasak saat di gunung. Korek api ini juga berguna jika kita ingin membuat api unggun. Hati-hati menggunakan korek api supaya tidak membakar hutan.

8. Senter/headlamp
Senter dan headlamp sangat berguna memberi pencahayaan di kala gelap. Senter dari handphone tidak cukup kuat untuk membantu menerangi jalan, jadi jangan mengandalkan cahaya dari senter handphone ya. Bawa senter beneran atau headlamp instead of senter hape. Bawa batere cadangan secukupnya. Pengalaman pribadi waktu mendaki malam hari (mengejar sunrise, sehingga harus mendaki malam hari dari lokasi camping), teman saya kehabisan batere, sehingga dia harus bergantung kepada cahaya teman lain, dan ini tentu saja sangat tidak nyaman karena cahaya dari senter kan sangat terbatas.

9. Tissue kering & tissue basah
Tisu ini berguna untuk membersihkan segala hal, mulai dari membersihkan baju, piring, gelas, membersihkan badan, untuk cebok, dan lain sebagainya. Menurut saya tisu basah sangat wajib dibawa mengingat tisu basah ini memberi efek segar untuk membasuh muka, untuk mandi kering, dan untuk cebok setelah berak. Selain itu, tisu basah ini pada umumnya mengandung zat antibakteri yang berguna untuk menjaga kebersihan tubuh kita dari kuman.

10. Baterai cadangan
Baterai cadangan yang harus kita bawa adalah baterai senter, baterai GPS (jika punya), baterai kamera, dan lain sebagainya. Bawa baterai cadangan dalam jumlah yang cukup banyak. Selain untuk diri sendiri, baterai cadangan juga bisa berguna bagi rekan yang membutuhkan. Toh ukuran baterai ini juga kecil sehingga membawa dalam jumlah cukup banyak pun tidak masalah. Asal jangan terlalu banyak tentu saja hehehe.

11. Kantong plastik untuk sampah dan pakaian kotor/basah.
Kantong plastik pakaian kotor/basah sangat penting supaya tidak tercampur dengan makanan, obat-obatan, dan pakaian yang bersih. Sedangkan plastik sampah untuk menampung dosa-dosa akibat kita menghasilkan sampah di gunung.

12. Trekking pole
Awalnya saya mengira tongkat trekking pole ini opsional untuk dibawa. Berat-beratin bawaan saja. Sekarang, saya menganggapnya sebagai barang yang wajib dibawa. Kita tidak bisa merencanakan bahwa kaki kita akan baik-baik saja saat mendaki gunung. Bisa jadi karena ketidaksengajaan, kita mengalami cedera/terkilir/keseleo (pengalaman pribadi). Nah, kalau begini siapa yang akan menolong kita selain diri kita sendiri? Mau merepotkan teman? Teman kita juga kerepotan bawa diri sendiri dan barang bawaanya keleus hehehe… Trekking pole akan sangat membantu mengurangi beban kaki kita. Saat mendaki, semua beban rasanya seperti bertumpu pada kaki kita. Nah, beban ini bisa dibagi ke lengan dengan menggunakan trekking pole.

13. Tenda
Jika kita menginap di gunung, tentu saja tenda ini wajib hukumnya untuk dibawa. Tenda ini akan melindungi kita dari angin, hujan, dingin, binatang, dan gangguan-gangguan lainnya. Pastikan dalam rombonganmu saat naik gunung, apakah perlu membawa tenda sendiri atau tidak (dalam artian satu tenda bisa digunakan bareng-bareng), mengingat tenda ini lumayan memperberat barang bawaan.

14. Makanan/Minuman dan logistik lainnya
Makanan dan minuman juga menjadi barang yang wajib dibawa saat mendaki gunung. Kalau di puncak gunung ada minimart sih tak perlu membawa banyak makanan, yang menjadi masalah adalah di atas puncak gunung seringkali hanya terdapat hamparan pasir dan tanaman semak. Mau makan pasir/semak-semak? Silakan hehehe. Ada beberapa makanan yang sebaiknya dibawa saat mendaki gunung. Daftar makanan tersebut selengkapnya dapat dibaca di sini.

15. Lain-lain
– Kacamata. Terkadang kita membutuhkan kacamata untuk melindungi mata dari debu dan matahari. Selain untuk gaya tentu saja hehehe.
– Benang, peniti, dan jarum juga penting lho buat jaga-jaga ketika tasmu bermasalah. Misalnya nih ya, tasmu jebol saat di puncak gunung. Apa yang akan kamu lakukan?
– Peralatan navigasi seperti GPS atau kompas.
– Uang untuk biaya retribusi dan biaya lainnya.
– Kartu asuransi kecelakaan/asuransi jiwa/asuransi kesehatan

Itulah barang dan perlengkapan yang harus dibawa. Selamat naik gunung kawan:)

Minggu, 08 November 2015

Biaya Trip Bogor -Sukabumi PP


Daftar pengeluaran dibawah sesuai kok dgn perjalanan gua...

Pengeluaran:
1. Parkir motor Stasiun Depok Baru = Rp4.000
2. Tiket KRL PP = Rp4.000
3. Tiket KA Pangrango PP = Rp40.000
3. Carter Angkot = 150.000 : 9 orang = Rp17.000
4. Tiket masuk Selabintana = Rp5.000
5. Cemilan = Rp15.000
6. Tiket kolam renang Selabintana = Rp10.000
8. Oleh - oleh mochi = Rp35.000
9. Makan siang di R.M Mamih Ungu = Rp20.000
Total biaya adalah Rp150.000 tapi buat jaga2 klo ada kekurangan tambahin aja gocap biar jadi Rp200.000.

Selasa, 20 Oktober 2015

Catatan Perjalanan Bogor - Sukabumi 25 Mei 2015



Assalamualaikum.wr.wb

Btw ini tulisan pertama gue lhoo, jadi mohon maaf kalo jelek...

Langsung aja yaaa. Trip kali ini sebenernya emang gua harapkan sejak dioperasikannya KA PANGRANGO saat gua masih kelas 8 SMP. Kenapa gua begitu tertarik?? Pertamanya karna gua penasaran aja sama jalur Kereta Api Bogor-Sukabumi yang katanya indah (dan ternyata beneran indah), kedua karna gua & teman2 gua bosan menunggu hasil pengumuman UN (maklum abis UN hee). Gua inget banget trip ini ada karna kicauan temen gua di grup bbm kelas, intinya dia bilang kalo dia bosen abis UN di rumah doang, akhirnya gua tawarin aja "mau ke sukabumi gak?" anak2 pun lansung pada setuju, awalnya sih hampir setengah kelas yang mau ikut, eh akhirnya cuma 9 orang HAHAHA. H-4 gua dan temen2 gua langsung ke stasiun Bogor Paledang buat borong tiket KA PANGRANGO tanggal 25 Mei utk pulang dan pergi. Sekedar info, KA PANGRANGO adalah Kereta Api yang melayani rute Bogor Paledang - Sukabumi - Cianjur. Kereta ini masih muda karena baru beroperasi belom lama menggantikan KRD Bumi Geulis yang sudah tidak beroperasi. KA PANGRANGO terdiri dari kelas ekonomi dan eksekutif. Karena kita anak sekolah & belajar jadi bacpacker kita belinya tiket ekonomi HAHAHAHA, harganya murah banget cuma 20.000 tapi tetep aja empot2an buat belinya HAHAHAHA, apalagi klo beli tiket eksekutif yaa yg harganya selembar uang biru pasti gajajan seminggu wkwkwkw. Untuk info lebih jelas tentang KA PANGRANGO buka aja di tiket.kereta-api.co.id atau searching aja di google.




H-1 gua mulai riweuh nyiapin barang2 yang mau dibawa. Kami ber-9 juga saling bbm-an (bikin multichat) untuk saling share apa yg harus dibawa & janjian di mana. Daaaann pada hari H (25 Mei 2015) gua bangun dengan semangat, gak kayak biasanya. Gua jalan jam 6 ke stasiun Bojonggede, disana udah ada Acong yang nunggu gua, dia naik KRL pertama dari Depok Baru lhooo. Kenapa cuma gua sama Acong doang??? Yapp benar sekali, karena gua & Acong yang rumahnya paling jauh dari sekolah, gua di Bojong & Acong di Depok, sedangkang sekolahnya di SMPN 182 Kalibata, HAHAHAHA daripada janjian di Kalibata mending di Bojong kan. Entah kenapa gua sama Acong tiba2 kepikiran buat nunggu bocah2 dari Kalibata di Stasiun Cilebut. Akhirnya kami berdua ke Cilebut dan duitnya Acong udah abis 15.000 buat beli snack, duh kayak anak kecil aja wkwkwkw. Beberapa menit kemudian pasukan dari Kalibata bbm gua klo KRL mereka udah mau sampe Cilebut, tanpa ba bi bu gua sama Acong sigap nunggu KRL yg di dalemnya ada pasukan Kalibata. Daaann ketika gua sama acong ketemu pasukan Kalibata yang terdiri dari Maman, Alfi, Farid, Rendy, Fajri, dan Andy a.k.a Bagong, suasana jadi riweuh, berisik, kocak, gokil, HAHAHAHA. Sampe stasiun Bogor kami harus keluar dan nyebrang dulu untuk ke Stasiun Bogor Paledang. Sekedar info, stasiun Bogor dgn stasiun Bogor Paledang itu beda. Kalo stasiun Bogor hanya utk KRL, sedangkan Bogor Paledang untuk KA PANGRANGO. Sesampainya di Stasiun Paledang, cobaan pun diberikan kepada kami, si Bagong kaga bawa kartu pelajar yg menjadi syarat boarding pass utk naik kereta, akhirnya setelah nego dgn petugas, Bagong pun bisa masuk ke dalam kereta, cobaan pun masih ada, 1 orang yg namanya Faldo belum dateng juga padahal kereta udah mau jalan, kampret emang dia. Kami semua panik, daaann akhirnya dia datang. Unik banget, pas dia naek, keretanya langsung jalan. Huhh kampret bikin panik aja. KA PANGRANGO akhirnya berangkat, telat 5 menit gara2 nungguin Faldo. Di kereta kami semua kaya film 5 CM HAHAHAHA. Becanda, ketawa ketiwi, makan, foto2 sama kondektur. Perjalanan 2 jam itu gak terasa dan akhirnya kami sampai di Stasiun Sukabumi tepat jam 10. YEAYYY. Aneh juga sih, pas berangkat keretanya telat gara2 nungguin Faldo, pas sampe tepat waktu. HAHAHA





Sesampainya di Sukabumi, kami semua foto2 norak, daan kami semua gak tau klo ke Selabintana naik angkot apa. Hingga akhirnya ada sopir angkot yg nawarin "dek, mau ke Selabintana?" Tujuan kami sebenernya emang ke Selabintana, tapi mau naik angkot bukan carteran. Tapi karna klo nyarter lebih murah dan cepet akhirnya kami memilih nyarter angkot. Sopir angkotnya baik banget, namanya Pak Ade (0856-5949-1075), dia juga ngasih tau ini itu tentang Sukabumi. Sepanjang perjalanan menuju Selabintana, jalannya nanjak terus. Daan akhirnya sampai di Selabintana, DINGIN CUYY setelah bayar masuk (5.000), kami semua melakukan ritual wajib, yaitu foto-foto


Di Selabintana dingin banget, usut punya usut kalo menurut altimeter di hp gua, ketinggiannya sekitar 1.000 mdpl, pantes aja dingin. Ritual wajib selesai kami semua menjelajah Selabintana, ada yang mau renang, mau ini, mau itu, ribet lah pokoknya. Akhirnya kita sepakat jelajah dulu baru berenang. Saat kami menjelah, kami sampai di tempat yang banyak pohonnya. Keren pisan euyy. Ritual wajib dilakukan lagi



Kami terus berjalan naik ke atas, hingga akhirnya gak sengaja nemuin tempat yg ada jurangnya, kereng bgtt kayak di puncak gunung. Banyak bukit2 keliatan ijo royo2.


Setelah foto2 di tempat itu, kami kembali menjelajah dan ketemu sungai kecil yang airnya jernih banget, dingin juga. Semuanya langsung pada nyebur di aliran tsb, brrrr....



Setelah jebar jebur, semuanya pada jajan popmie & minuman, sebenernya bukan karena laper, tapi karena kasihan. Setelah beli ini itu kami semua minta doa kepada pedagang tsb agar kami semua lulus dari SMPN 182 dgn nilai memuaskan dan alhamdulillah memuaskan. Abis makan langsung renang di kolam yg beneran, bayar 10.000 per orang. Nyebur langsung kaget, dingin brrr. Kolam renangnya cukup simpel. Cuma 1 kolam gede tapi ada perosotan. Oh iya, pas kami renang, di kolam tsb cuma ada kami doang, hmmm berasa kolam pribadi, jam 12 kami semua bilasan, foto2, dan cusss Kota Sukabumi.

Tepat jam 1 angkot carteran memacu kecepatannya menuju Kota, jalanan menurun. Kita juga dikasih tau sama sopir a.k.a Pak Ade kalo di deket Selabintana ada tempat wisata yang namanya Pondok Halimun, disana ada air terjun & tempat camping. Kalo mau kesana carter angkot bayar 200.000 hmmmm. Sesampainya di Kota, kami dibawa oleh Pak Ade ke Rumah Makan Mamih Ungu untuk makan siang. Makanannya beragam, kalo mau tau lebih lanjut cek di google aja. Gua & anak2 pesen nasi uduk ungu, rasanya enak banget, harganya juga lumayan.



Kenyang makan, kami gak lupa sholat zuhur di mushollah R.M tsb. Setelah makan, kami diarahkan ke Mochi Lampion Kaswari utk membeli oleh2. Harganya lumayan murah dan pastinya enak. Satu plastik mochi harganya 35.000 terdiri dari beberapa kotak (kalo ga salah 5). Semuanya pada beli mochi buat oleh-oleh hehe. Pas mau ke Stasiun Sukabumi, kami lewat jalan (lupa namanya) yang kata Pak Ade banyak ceweknya, kalo menurut gua sih biasa2 aja. Beberapa menit kemudian, tepat jam 15.00 kami sampai di stasiun Sukabumi. KA PANGRANGO belom masuk stasiun Sukabumi. Sambil nunggu waktu, Pak Ade menawarkan bongkahan batu buat batu cincin. Semuanya pada beli dan milih2, sedangkan gua enggak, maklum gak suka batu, sukanya cewek. Gua mulai bosen, dan gua putuskan utk liat2 sekitaran stasiun, ternyata pasar semua, banyak juga angkot yg ngetem. Sekitar jam setengah 4 kurang dikit KA PANGRANGO dari Cianjur masuk di jalur 2 Stasiun Sukabumi. Akhirnya kami mengakhiri bisnis batu, pamit dgn Pak Ade (foto2 juga, tapi kehapus), gak lupa minta doa agar lulus dari SMPN 182 dgn nilai memuaskan. Proses boarding pass buat masuk ke kereta lancar. KA PANGRANGO berangkat tepat waktu (15.45), ACnya dingin. Di kereta ketemu kondektur yang sama HAHA. Ada juga 2 orang ibu dgn logat sunda yang memberi nasihat & cerita2 kepada kami. Yang gua inget dari nasihat tsb adalah "kalo masih kecil banyak waktu buat jalan2 tapi duitnya ga ada. Tapi kalo udah gede, banyak duit buat jalan2 tapi waktunya ga ada." DEK, nelen lSesampainya di Sukabumi, kami semua foto2 norak, daan kami semua gak tau klo ke Selabintana naik angkot apa. Hingga akhirnya ada sopir angkot yg nawarin "dek, mau ke Selabintana?" Tujuan kami sebenernya emang ke Selabintana, tapi mau naik angkot bukan carteran. Tapi karna klo nyarter lebih murah dan cepet akhirnya kami memilih nyarter angkot. Sopir angkotnya baik banget, namanya Pak Ade (0856-5949-1075), dia juga ngasih tau ini itu tentang Sukabumi. Sepanjang perjalanan menuju Selabintana, jalannya nanjak terus. Daan akhirnya sampai di Selabintana, DINGIN CUYY setelah bayar masuk (5.000), kami semua melakukan ritual wajib, yaitu foto-foto


Di Selabintana dingin banget, usut punya usut kalo menurut altimeter di hp gua, ketinggiannya sekitar 1.000 mdpl, pantes aja dingin. Ritual wajib selesai kami semua menjelajah Selabintana, ada yang mau renang, mau ini, mau itu, ribet lah pokoknya. Akhirnya kita sepakat jelajah dulu baru berenang. Saat kami menjelah, kami sampai di tempat yang banyak pohonnya. Keren pisan euyy. Ritual wajib dilakukan lagi



Kami terus berjalan naik ke atas, hingga akhirnya gak sengaja nemuin tempat yg ada jurangnya, kereng bgtt kayak di puncak gunung. Banyak bukit2 keliatan ijo royo2.


Setelah foto2 di tempat itu, kami kembali menjelajah dan ketemu sungai kecil yang airnya jernih banget, dingin juga. Semuanya langsung pada nyebur di aliran tsb, brrrr....



Setelah jebar jebur, semuanya pada jajan popmie & minuman, sebenernya bukan karena laper, tapi karena kasihan. Setelah beli ini itu kami semua minta doa kepada pedagang tsb agar kami semua lulus dari SMPN 182 dgn nilai memuaskan dan alhamdulillah memuaskan. Abis makan langsung renang di kolam yg beneran, bayar 10.000 per orang. Nyebur langsung kaget, dingin brrr. Kolam renangnya cukup simpel. Cuma 1 kolam gede tapi ada perosotan. Oh iya, pas kami renang, di kolam tsb cuma ada kami doang, hmmm berasa kolam pribadi, jam 12 kami semua bilasan, foto2, dan cusss Kota Sukabumi.

Tepat jam 1 angkot carteran memacu kecepatannya menuju Kota, jalanan menurun. Kita juga dikasih tau sama sopir a.k.a Pak Ade kalo di deket Selabintana ada tempat wisata yang namanya Pondok Halimun, disana ada air terjun & tempat camping. Kalo mau kesana carter angkot bayar 200.000 hmmmm. Sesampainya di Kota, kami dibawa oleh Pak Ade ke Rumah Makan Mamih Ungu untuk makan siang. Makanannya beragam, kalo mau tau lebih lanjut cek di google aja. Gua & anak2 pesen nasi uduk ungu, rasanya enak banget, harganya juga lumayan.



Kenyang makan, kami gak lupa sholat zuhur di mushollah R.M tsb. Setelah makan, kami diarahkan ke Mochi Lampion Kaswari utk membeli oleh2. Harganya lumayan murah dan pastinya enak. Satu plastik mochi harganya 35.000 terdiri dari beberapa kotak (kalo ga salah 5). Semuanya pada beli mochi buat oleh-oleh hehe. Pas mau ke Stasiun Sukabumi, kami lewat jalan (lupa namanya) yang kata Pak Ade banyak ceweknya, kalo menurut gua sih biasa2 aja. Beberapa menit kemudian, tepat jam 15.00 kami sampai di stasiun Sukabumi. KA PANGRANGO belom masuk stasiun Sukabumi. Sambil nunggu waktu, Pak Ade menawarkan bongkahan batu buat batu cincin. Semuanya pada beli dan milih2, sedangkan gua enggak, maklum gak suka batu, sukanya cewek. Gua mulai bosen, dan gua putuskan utk liat2 sekitaran stasiun, ternyata pasar semua, banyak juga angkot yg ngetem. Sekitar jam setengah 4 kurang dikit KA PANGRANGO dari Cianjur masuk di jalur 2 Stasiun Sukabumi. Akhirnya kami mengakhiri bisnis batu, pamit dgn Pak Ade (foto2 juga, tapi kehapus), gak lupa minta doa agar lulus dari SMPN 182 dgn nilai memuaskan. Proses boarding pass buat masuk ke kereta lancar. KA PANGRANGO berangkat tepat waktu (15.45), ACnya dingin. Di kereta ketemu kondektur yang sama HAHA. Ada juga 2 orang ibu dgn logat sunda yang memberi nasihat & cerita2 kepada kami. Yang gua inget dari nasihat tsb adalah "kalo masih kecil banyak waktu buat jalan2 tapi duitnya ga ada. Tapi kalo udah gede, banyak duit buat jalan2 tapi waktunya ga ada." DEK, nelen ludah.

(Belum selesai)